Welcome

Assalamu'alaikum wr. wb. ..

Minggu, 27 November 2011

Semarang bercerita

walaupun molor hingga saru setengah jam dari jadwal pemberangkatan yang tertera sebenarnya, kami tetap memendam semangat yang Luaar biasa dalam study perbandingan kali ini.
Sabtu, 26 Nopember 2011 aku dan sebagian pengurus serta anggota UKM Penelitian UNY 2011  mengadakan wisata Ilmiah ke semarang, tepatnya ke kampus UNDIP dan UNNES dan obyek wisata yang memendam unsur mistik yang kental (katanya), sebut saja lawang sewu (padahal nama tidak sesuai dengan realitanya, pintunya kurang dari seribu hhe).
Kemoloroan bukan karena akibat dari pengurus maupun peserta kunjungan itu sendiri, melainkan karena menunggu bapak pendamping kita yang kebetulan sedang sibuk dengan aktiviasnya yang padat.
Tepat 07.00 kami berangkat menuju lokasi kunjungan pertama (Universita Diponegoro). Bersamaan dengan teman-temanku yang kebetulan punya tipikal yang sama, tak kuat berdiam-diaman dalam kesunyian lagu galau hhe, kami duduk di kursi paling belakang di bus (karena kalau dari belakang bisa melihat depan secara keseluruhan tetapi kalau dari depan akan sulit melihat ke belakang hhe)
Sekitar jam 10.30 kami mendapat sambutan hangat dari mahasiswa UNDIP yang tergabung dalam Kementrian riset BEM KM UNDIP (rodok wangun titik, tapi mung jenenge tok hha). Disana kami menghabiskan waktu dengan kegiatan study banding tentang perkembangan dan manajemen alur penelitian dalam kampus masing-masing, perkembangan, kendala, dan prospek tantangan kedepannya untuk kemajuan ilmu penalaran di Indonesia. Bukan indonesia namanya kalau tidak molor, karena perbendaharaan sintaksis dalam bahasa indonesia tidak mengenal tenses, untuk kedua kalinya kunjungan kami molor dari rencana jam 12.00 harus out dari kampus UNDIP tapi kenyataannya jam 13.00 baru sempat keluar dari ruangan tempat dimana kami berdiskusi itu.
Kecewa mungkin iya, tetapi apalah manfaat kekecewaan itu, yang penting dapat mengambil kemanfaatan dari kekurangan tahun ini. jam 13.30 kami berangkat menuju tujuan kedua kami yaitu kampus UNNES.

Baru pertama kali aku dapat mengunjungi kota semarang, bersama kawan-kawan UKM Penelitian UNY ini adalah pengalaman pertamaku menginjakkan kakiku dalam ranah semarang yang ternyata selaras dengan pernyataan dari masyarakat, bahwa semarang itu ternyata memang benar-benar puanaaaaas :p.
Berbeda tipologi dan morfologi dengan kampus UNDIP yang notabene kalau boleh dianalogikan adalah (UGM nya semarang) dan UNNES (yang UNY nya semarang hhe). terdapat perbedaan background yang sangat mencolok diantara kedua kampus tersebut, masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri.
UNNES, baru pertama kali dan baru aku ketahui, ternyata nasibnya hampir sama dengan kampus UII di Yogyakarta (bahkan lebih parah), UNNES yang sekarang gempar-gemparnya dengan jargon GO GREEN nya hingga disebut sebagai kampus yang menuju alam. Diatas perbukitan pegunungan yang menjulang langit semarang, jalan yang lumayan sangat ekstrem dan kampus yang keberadaan bangunan dan tumbuhannya hidup berdampingan, berbaur dengan alam. Seperti itulah kampus UNNES, menyatu dengan alam hingga aku sendiri bingung membedakan yang mana kampus dan yang mana hutan hhahaa ..
Asri, sejuk, dan rindang seperti itulah gambaran suasana disana. sambutan yang secermin dengan suasana lingkungan alamnya, mahasiswa UNNES menyambut kunjungan kami dengan penuh semangat empat lima (lalala yeyeye).
Sekitar satu setengah jam kami diperkenalkan dengan embrio dasar UKM Penelitian disana. Walaupun baru embrio tetapi telah menelurkan keping emas yang luar biasa, PIMNAS 2011 mereka dapat mengalungkan emas di peringkat ke tiga umum, sungguh prestasi yang luar biasa, dikala kita terperosok mereka menjulang prestasi (mungkin itulah kenyataan yang harus kami terima tahun itu). Berbagi pengalaman dan sharing tentang penelitian dan prospek perkembangannya kedepan, kita menghabiskan waktu berdiskusi selama satu setengah jam disana. tepat pukul 16.30 bus kami arahkan menuju kunjungan ilmiah kita yang terakhir dikota semarang, tepatnya dipusat kotanya. Menuju lokasi yang sudah terkenal dengan kemistikan dan keangkeran arsitektur bangunannya, ya apa lagi kalau bukan lawang sewu.

Sore-sore ke lawang sewu, kepriye rasane ? kalau nanti ada apa-apa njuk piye ? hhahahaa ... itu hanya anggapan orang yang percaya tahayul dan khurofat (bagian dari penyakit TBC hhe). Bagiku siang sore malam sama aja yang penting kalau dijalani bersama-sama pasti ngga takut *loh? Hhaha ..

Memang benar, sekilas melihat bangunan tuwa bekas kantor stasiun jaman belanda itu mengandung aura yang berbeda dengan bangunan yang lainnya, seakan-akan ada kadut kelam yang membayangi bangunan itu jika dilihat dari kejauhan (that’s just my feeling guys). Kami injakkan kaki di bangunan itu, tuwa tetapi sebagian sudah dimudakan dengan polesan modern menimbulkan tonjolan estetis dalam bangunan itu, tetapi disebagian sisi yang lain masih tekandung unsur kemistikan nya.

Lorong bawah tanah? ya tempat itulah yang menjadi momok bahan pembicaraan, penjara dan tempat pengeksekusian masyarakat indonesia oleh tentara-tentara jepang pada jaman dahulu. Dan yang paling menarik medan magnet untuk menyusuri ruang bawah tanah itu adalah dibawah sana merupakan tempat dahulu yang pernah digunakan sebagai syuting dunia lain di salah satu televisi swasta di indonesia (kan pastinya angker kalau begitu). Yap, walaupun harus merogoh uang sebesar 10rb aku rela mengeluarkannya, jika dari itu aku mendapatkan kemanfaatan yang luar biasa (bagiku oleh-oleh yang paling berharga dan takkan pernah mati adalah pengalaman, karena kita tak mungkin mengalaminya untuk kedua kalinya).
Bersama teman yang lainnya (pak dosen wae melu mlebu kok hhe), kami susuri lorong bawah tanah dari lawang sewu, kami diwajibkan memakai sepatu boat karena lantai tanah dalam lorong tersebut merupakan bekas jalan gorong-gorong air yang sekarang juga masih berfungsi. Dengan beracuan arahan dari guide yang memberi penjelasan tentang berbagai ruang sisi dan fungsi dari berbagai sudut bangunan tua itu kami menyusuri kotak demi kotak lorong itu. Pengap dan berbau gas, dan yang pasti dag dig dug pikiranku berjalan dalam lorong mistik dunia lain itu. dikala matahari mulai menenggelamkan sinarnya kok malah kita baru memulai adventur perjalanan mistiknya (ben tambah joss suasananya hhahaa).
Gambaran lokasi bawah tanah itu, disana ada sekat-sekat yang digunakan sebagai penjara bawah tanah, ada penjara duduk ada juga penjara berdiri, ada juga meja besi sebagai landasan eksekusi pancung (entah kenapa ruangan itu terkunci rapat dan ditutup untuk umu,??). \
Sesekali kami harus menundukkan kepala untuk menyusuri lorong-lorong tua itu, terkadang penjelasan yang dipaparkan oleh bapak guide itu membuat bulu kulit kami berdiri otomatis, jantung kami berdetak kencang dalam persembunyiannya.  membuat diriku semakin tertarik untuk menggali dan terus menggali rahasia dari lawang sewu itu sendiri (padahal yo podo-podo wedi hhahaa).
Stop, kami duduk sejenak pada tempat dimana dugunakan sebagai lokasi uji nyali dunia lain, guide bercerita dan bercengkrama dunia lain di tempat yang sesuai dengan suasana penggambarannya. (jarene nang kene sok kesurupan bagi sing ora kuat, sering banget katanya yang perempuan) hahahhaaa modar koe sing wadon dag dig dug duaaarr ... !!!
tapi, mungkin karena anak-anak UKM Penelitian itu yang notabene religius dan taat beragama hhe, alhamdulillah didalam sana kami tidak mengalami suatu hal yang dikhawatirkan oleh sang guide tersebut. ditempat itu kita malah mengabadikan moment seperti itu untuk berfoto bersama (bersama? bersama siapa? *hantu? hhahhaa).
Sekitar 20 menit menyusuri ruang bawah tanah lawang sewu, singkat cerita kami naik kembali kedaratan udara (karena dalam lorong itu udaranya minoritas daripada kuota airnya sendiri), legoo rek rasane akhirnya kembali juga kedaratan udara yang bebas, alhamdulillah ya ^^

Suatu oleh-oleh magis yang luaar biasa, pernak pernik maupun aksesoris pun kalah dengan itu. Pelajaran yang mempelajarkan kita tentang sejarah perjuangan dan pengorbanan pahlawan indonesia, yang dibingkai dengan unrus mistis yang kental, jajanan pengalaman yang akan senantiasa manis jika kita ceritakan pada sahabat dan keluarga kita yang belum pernah mendapatkannya. Ini ceritaku, apa ceritamu :p

kesimpulan yang saya dapatkan dari rangkaian kunjungan kami ke semarang adalah belum kesemarang kalau belum merasakan lorong bawah tanah lawang sewu hahahahahahaa ..

Gali ilmu dengan pengalaman, kembangkan pengalaman dengan penelitian ^^


Tidak ada komentar:

Posting Komentar